Yang dimaksud biaya produksi tidak langsung adalah seluruh biaya
produksi yang terjadi di pabrik (dibagian produksi) selain biaya bahan
baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, biaya produksi tidak
langsung sering juga diistilahkan dengan biaya overhead pabrik (BOP),
yang termasuk kedalam biaya produksi tidaklangsung contohnya :
Dari pemaparan diatas maka cara mencatat biaya produksi tidak langsung adalah sebagai berikut :
1. Bila jenis BOP tidak diketahui maka jurnalnya

2. Bila jenis BOP diketahui, misal :

3. Pembebanan BOP sesungguhnya kepada produk
Misal , BOP dibebankan kepada produk dengan tarif 105% dari biaya tenaga kerja langsung, dimana besarnya tenaga kerja langsung adalah Rp. 10.000.000, maka jurnalnya :

BOP dibebankan = 105% X BTKL = 105% x Rp. 10.000.000 = Rp. 10.500.000
4.Mencatat selisih BOP
Kadang dalam praktek antara BOP sesungguhnya terjadi dengan BOP yang dibebankan tidak sama, sebab pembebanan kepada produk biasanya berdasarkan tarif yang telah ditentukan dimuka (lihat contoh diatas, tarif ditentukan berdasarkan % dari Biaya Tenaga Kerja Langsung).
Bila terjadi hal demikian maka harus dibuat jurnal untuk mencatat selisih BOP.

5. Menutup rekening selisih BOP
Selisih yang terjadi dan telah dicatat dalam jurnal maka pada akhir nya harus ditutup, penutupan dilakukan tergantung dari selisih yang terjadi ,

- Pemakaian bahan penolong
- Upah tidak langsung ; upah yang diberikan kepada pekerja yang secara tidak langsung tidak terlibat dalam pembuatan produk misal gaji mandor, gaji kepala bagian produksi dan sebagainya.
- Biaya penyusutan mesin di bagian produksi.
- Biaya penyusutan gedung pabrik dan
- Segala biaya yang terjadi di bagian produksi yang secara tidak langsung turut serta membentuk harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan.
Dari pemaparan diatas maka cara mencatat biaya produksi tidak langsung adalah sebagai berikut :
1. Bila jenis BOP tidak diketahui maka jurnalnya

2. Bila jenis BOP diketahui, misal :
- Biaya bahan penolong Rp. 1.500.000
- Biaya penyusutan gedung pabrik Rp. 4.000.000
- Biaya penyusutan mesin Rp. 3.500.000
- Biaya asuransi pabrik Rp. 2.000.000

3. Pembebanan BOP sesungguhnya kepada produk
Misal , BOP dibebankan kepada produk dengan tarif 105% dari biaya tenaga kerja langsung, dimana besarnya tenaga kerja langsung adalah Rp. 10.000.000, maka jurnalnya :

BOP dibebankan = 105% X BTKL = 105% x Rp. 10.000.000 = Rp. 10.500.000
4.Mencatat selisih BOP
Kadang dalam praktek antara BOP sesungguhnya terjadi dengan BOP yang dibebankan tidak sama, sebab pembebanan kepada produk biasanya berdasarkan tarif yang telah ditentukan dimuka (lihat contoh diatas, tarif ditentukan berdasarkan % dari Biaya Tenaga Kerja Langsung).
Bila terjadi hal demikian maka harus dibuat jurnal untuk mencatat selisih BOP.
- Jika
BOP sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan maka terjadi
selisih rugi, maka jurnal untuk mencatat selisih rugi BOP tersebut
adalah :
Selisih BOP (D) Rp. xxx
BOP Sesungguhnya (K) Rp. xxx
- Jika
BOP sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan maka terjadi
selisih laba, maka jurnal untuk mencatat selisih rugi tersebut adalah :
BOP Sesunguhnya (D) Rp. xxx
Selisih BOP (K) Rp. Xxx

5. Menutup rekening selisih BOP
Selisih yang terjadi dan telah dicatat dalam jurnal maka pada akhir nya harus ditutup, penutupan dilakukan tergantung dari selisih yang terjadi ,
- Jika selisih laba maka penutupan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan Harga Pokok Penjualan dan mengkredit selisih BOP
- Jika
selisih rugi maka penutupan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan
selisih BOP dan mengkredit perkiraan Harga Pokok Penjualan
Dari contoh diatas dimisalkan nilai harga pokok penjualan sebesar Rp 20.000.000 maka untuk menutup selisih BOP pada point 4 jurnalnya adalah :

BOP sesungguhnya itu lebih besar dari BOP yang dibebankan masa selisih laba ? kontradiksi dong dengan penjabarannya yang diatas ? bukankah seharusnya selisih rugi ?
BalasHapus